Kamis, 29 Februari 2024

Esei Kecil : Test berbentuan komputer

 Storyboard: computer-Based test

Papan cerita ini menjelaskan definisi, prosedur, jenis, dan keutamaan penilaian menggunakan CBT


Black Simple Pencil Sketch Storyboard oleh Jamiatul Ummah

Minggu, 25 Februari 2024

Analisis Artikel : Test Bebantuan Kompuuter

 Judul Artikel :

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP TERMODINAMIKA DENGANCRI

BERBANTUAN CBT SISWA SMA NEGERI 21 PALEMBANG

Sumber : file:///C:/Users/Jamiatul%20Ummah/Downloads/2166-4906-1-PB.pdf


Tujuan Penelitian :

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemahaman konsep termodinamika siswa SMANegeri 21Palembang.

Latar Belakang :

Penelitian ini didasari oleh kebutuhan untuk mengembangkan instrumen tes yang dapat mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS) dalam pembelajaran fisika bagi siswa sekolah menengah atas. Dalam konteks pendidikan, penting untuk mendorong siswa untuk berpikir secara kritis, analitis, dan kreatif, sehingga pengembangan instrumen tes yang dapat mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi menjadi suatu kebutuhan yang mendesak. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengatasi tantangan tersebut dengan mengembangkan instrumen tes yang valid dan dapat digunakan untuk mengukur HOTS siswa dalam pembelajaran fisika. Penelitian ini juga dilatarbelakangi oleh pentingnya asesmen dalam proses pembelajaran untuk memastikan efektivitas strategi pengajaran dalam meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.

Metode Penelitian :

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif.Menggunakan metode ini, peneliti memaparkan data yang diperoleh dan melakukananalisissehingga diperoleh gambaran pemahaman konsep siswa SMA Negeri 21 Palembangpadamateri termodinamika. Responden dalam penelitian ini ialah siswa kelas XI IPA4SMANegeri 21 Palembang yang berjumlah 35 orang. Penelitian ini mengumpulkandatamenggunakan tes diagnostik dengan instrumen Thermodynamic Concept Survey (TCS).

Hasil Penelitian :

Berdasarkan analisis data hasil penelitian dan pembahasan mengenai pemahamankonsep termodinamika siswa SMA Negeri 21 Palembang, dapat disimpulkanbahwapemahaman konsep siswa pada materi termodinamika masih tergolong rendah denganskorrata-rata persentase paham konsep siswa sebesar 36,28%, paham konsep tapi kurangyakinsebesar 3,75%, miskonsepsi sebesar 37,7% dan tidak tahu konsep sebesar 22,27%. Padapokok bahasan suhu dan perpindahan panas, rata-rata persentase kategori pahamkonsepsebesar 51,43%, paham konsep tapi kurang yakin sebesar 2,04%, miskonsepsi sebesar 37,55%dan tidak tahu konsep sebesar 8,98%. Pada pokok bahasan hukumgas ideal, rata-ratapersentase kategori paham konsep sebesar 42,22%, paham konsep tapi kurang yakinsebesar 3,49%, miskonsepsi sebesar 38,41% dan tidak tahu konsep sebesar 15,87%. Padapokokbahasan hukum 1 termodinamika, rata-rata persentase kategori pahamkonsep sebesar 15,19%,paham konsep tapi kurang yakin sebesar 5,71%, miskonsepsi sebesar 37,14%dantidaktahukonsep sebesar 41,95%. Persentase kategori paham konsep tertinggi berada padapokokbahasan suhu dan perpindahan panas, kategori paham konsep tapi kurang yakin beradapadapokok bahasan hukum 1 termodinamika, kategori miskonsepsi berada pada pokokbahasanhukum gas ideal dan kategori tidak tahu konsep berada pada pokok bahadanhukum1termodinamika.

Novelty :

Penelitian ini memiliki kebaruan dalam pengembangan instrumen tes untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS) dalam pembelajaran fisika bagi siswa sekolah menengah atas. Instrumen tes ini didasarkan pada indikator HOTS Bloomian dan telah melalui proses validasi untuk memastikan kecocokannya dalam mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa . Proses pengembangan instrumen tes melibatkan tahapan definisi, perencanaan, desain, dan penyebaran, serta melibatkan penggunaan model 4D . Hasil penelitian menunjukkan bahwa instrumen tes ini valid dan dapat digunakan untuk mengukur HOTS dalam pembelajaran fisika, dengan tingkat kesulitan yang sesuai

Jumat, 23 Februari 2024

Esei Kecil : Instrument Test

 Tema : Instrument Test 

Pada sebuah penelitian, instrumen test memiliki peran penting untuk mencapai tujuan penelitian. Instrumen test merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan pesertadidik (Purwanto, 2011). Nah untuk mencapai tujuan tersebut, mari simak langkah langkah beirkut dalam pengembangan instrumen test !


Putih dan Cokelat Kertas Mind Mapping Cara Sukses Grafik oleh Jamiatul Ummah

Senin, 19 Februari 2024

ANALISIS ARTIKEL : Instrument Test

 Judul Artikel :

Developing Lup Instrument Test to Measure Higher Order Thinking Skills (HOTS) Bloomian for Senior High School Students

Reviewer : Jamiatul Ummah

Artikel yang dimaksud : Disini


Novelty :
Penelitian ini memiliki kebaruan dalam pengembangan instrumen tes untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS) dalam pembelajaran fisika bagi siswa sekolah menengah atas. Instrumen tes ini didasarkan pada indikator HOTS Bloomian dan telah melalui proses validasi untuk memastikan kecocokannya dalam mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa . Proses pengembangan instrumen tes melibatkan tahapan definisi, perencanaan, desain, dan penyebaran, serta melibatkan penggunaan model 4D . Hasil penelitian menunjukkan bahwa instrumen tes ini valid dan dapat digunakan untuk mengukur HOTS dalam pembelajaran fisika, dengan tingkat kesulitan yang sesuai.

Tujuan Penelitian :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan instrumen tes yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS) dalam pembelajaran fisika bagi siswa sekolah menengah atas. Instrumen tes ini didasarkan pada indikator HOTS Bloomian dan telah melalui proses validasi untuk memastikan kecocokannya dalam mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Proses pengembangan instrumen tes melibatkan tahapan definisi, perencanaan, desain, dan penyebaran. Instrumen tes terdiri dari 10 pertanyaan dengan lima pilihan jawaban dan alasan pemilihan jawaban. Populasi studi melibatkan siswa dari dua kelas di sebuah sekolah menengah atas. Hasil studi menunjukkan bahwa instrumen tes ini cocok untuk mengukur HOTS dalam pembelajaran fisika.

Latar Belakang :
Penelitian ini didasari oleh kebutuhan untuk mengembangkan instrumen tes yang dapat mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS) dalam pembelajaran fisika bagi siswa sekolah menengah atas. Dalam konteks pendidikan, penting untuk mendorong siswa untuk berpikir secara kritis, analitis, dan kreatif, sehingga pengembangan instrumen tes yang dapat mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi menjadi suatu kebutuhan yang mendesak. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengatasi tantangan tersebut dengan mengembangkan instrumen tes yang valid dan dapat digunakan untuk mengukur HOTS siswa dalam pembelajaran fisika. Penelitian ini juga dilatarbelakangi oleh pentingnya asesmen dalam proses pembelajaran untuk memastikan efektivitas strategi pengajaran dalam meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.

Metode Penelitian :
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengembangan yang dikenal sebagai 4D. Tahapan model 4D terdiri dari tahap definisi, perencanaan, desain, dan penyebaran. Penelitian dilakukan di SMAN 1 Depok, Yogyakarta, pada semester genap tahun ajaran 2017/2018. Uji coba untuk menentukan kelayakan pertanyaan dan tingkat kesulitan dilakukan pada 18 siswa kelas XII MIA SMA N 1 Depok. Instrumen tes multiple choice terdiri dari 10 item yang lolos proses validasi. Hasil uji coba dianalisis menggunakan SPSS untuk statistik deskriptif dan program QUEST untuk menentukan profil kemampuan siswa. Data hasil belajar diambil dari 64 siswa kelas XI MIA 1 dan XI MIA 3 untuk mengetahui pemetaan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran fisika di sekolah tersebut.

Hasil Penelitian :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa instrumen tes yang dikembangkan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS) dalam pembelajaran fisika bagi siswa sekolah menengah atas telah terbukti valid dan layak digunakan dalam proses pembelajaran . Berdasarkan validasi ahli, tes ini dinyatakan valid dengan nilai indeks Aiken V sebesar 0.89. Instrumen tes kemampuan berpikir tingkat tinggi ini juga dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dalam pembelajaran fisika dengan kategori yang bervariasi dari sangat rendah hingga sangat baik . Selain itu, hasil analisis menunjukkan bahwa instrumen tes ini memiliki tingkat kesulitan yang sesuai dengan rentang tingkat kesulitan antara -1.29 hingga 1.35.

Minggu, 11 Februari 2024

Mengkaji Karakteristik Authenthic Assessment

 Judul Artikel : 

Karakteristik dan Asesmen Pembelajaran Abad 21

Latar Belakang :

Latar belakang dari penelitian ini adalah pentingnya implementasi pembelajaran abad 21 dalam pendidikan untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat. Pembelajaran abad 21 menekankan pada pengembangan keterampilan 4C (Critical Thinking, Creative Thinking, Communication, Collaboration) yang menjadi kunci keberhasilan dalam era digital ini. Selain itu, penilaian autentik juga menjadi bagian penting dalam proses pembelajaran abad 21 untuk mengukur kemampuan peserta didik secara menyeluruh. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan meningkatkan implementasi pembelajaran abad 21, penilaian autentik, pengembangan keterampilan abad 21, dan pembelajaran IPA abad 21 dalam konteks pendidikan saat ini.

Tujuan Penelitian :

Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali implementasi pembelajaran abad 21, penilaian autentik, pengembangan keterampilan abad 21, dan pembelajaran IPA abad 21. Penulis juga bertujuan untuk terus memperbaiki pendekatan pembelajaran dengan mempertimbangkan berbagai sumber dan kritik yang membangun dari para pembaca.

Metode Penelitian :

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data studi kepustakaan. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan dan menguraikan pengaruh penggunaan media pembelajaran dalam dunia pendidikan. Teknik pengumpulan data studi kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan penelitian dari berbagai sumber seperti buku, jurnal ilmiah, literatur, dan publikasi lain yang relevan

Hasil :

hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran abad 21 harus berfokus pada pengembangan keterampilan 4C (Critical Thinking, Creative Thinking, Communication, Collaboration) dan penilaian autentik yang melibatkan peserta didik secara aktif. Guru perlu mengembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan pembelajaran abad 21 dan membuat penilaian yang modern dengan memanfaatkan teknologi. Selain itu, pembelajaran abad 21 juga harus mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dengan guru sebagai fasilitator, motivator, dan inspirator bagi muridnya. Karakteristik guru abad 21 termasuk minat baca tinggi, kemampuan menulis karya ilmiah, kreatif dan inovatif dalam model pembelajaran, dan transformasi kultural. Asesmen pembelajaran abad 21 melibatkan keterampilan seperti kreativitas, komunikasi, berpikir kritis, kewarganegaraan digital, operasi teknologi, dan konsep, dengan penilaian autentik menjadi bagian integral dari proses pembelajaran abad 21.

Novelty :

kebaruan dalam menggali implementasi pembelajaran abad 21, penilaian autentik, pengembangan keterampilan abad 21, dan pembelajaran IPA abad 21 dalam konteks pendidikan saat ini. Penelitian ini juga berfokus pada upaya terus memperbaiki pendekatan pembelajaran dengan mempertimbangkan berbagai sumber dan kritik yang membangun dari para pembaca . Keberagaman topik yang diteliti dan pendekatan kualitatif yang digunakan untuk menjelajahi aspek-aspek penting dalam pendidikan abad 21 menjadi kebaruan dari penelitian ini.

Sumber : Klik Disini

Jumat, 09 Februari 2024

 ASSESSMENT FOR LEARNING

Berikut saya akan menyajikan pemahaman tentang Assessment for Learning (AFL) yang lebih menarik dengan berbentuk mapping canva :


Classroom Time Capsule Whiteboard in Violet Pastel Pink Mint Green Style oleh Jamiatul Ummah

Jumat, 02 Februari 2024

 Judul Artikel 

A case study of a formative assessment practice and the effects on students’ self-regulated learning

Introduction :
Pendahuluan artikel memberikan gambaran yang jelas dan komprehensif tentang latar belakang, tujuan, dan signifikansi penelitian. Penulis secara efektif menetapkan konteks dengan menyoroti tantangan yang dihadapi siswa dalam memulai pekerjaan mereka, mengelola masalah, dan kurangnya rasa percaya diri dalam mencoba tugas tanpa mengetahui metode yang benar. Hal ini menentukan fokus penelitian pada praktik penilaian formatif untuk meningkatkan kemampuan matematika siswa dan pembelajaran mandiri. Pendahuluan juga secara efektif menguraikan tujuan penelitian dan intervensi spesifik yang dilaksanakan oleh guru, memberikan peta jalan yang jelas bagi pembaca untuk memahami ruang lingkup dan tujuan penelitian.

Pendahuluan dapat lebih diperkuat dengan memberikan alasan penelitian yang lebih rinci. Meskipun tantangan-tantangan yang dihadapi oleh siswa diartikulasikan dengan jelas, hubungan yang lebih eksplisit dengan konteks pendidikan yang lebih luas atau literatur yang ada mengenai penilaian formatif dan pembelajaran mandiri akan meningkatkan dampak pendahuluan. Selain itu, pendahuluan dapat mengambil manfaat dari pernyataan yang lebih eksplisit mengenai pertanyaan penelitian atau hipotesis yang memandu penelitian, karena hal ini akan memberikan kerangka kerja yang lebih jelas untuk memahami bagian selanjutnya dari artikel.

Methods :
Metodologi penelitian yang digunakan dalam artikel ini melibatkan pengumpulan data melalui berbagai sumber, termasuk catatan guru, wawancara, observasi kelas, dan wawancara siswa. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif dan kualitatif untuk menyelidiki dampak penerapan praktik penilaian formatif terhadap persepsi otonomi, efikasi diri, dan perilaku belajar mandiri siswa. Data kuantitatif diperoleh melalui kuesioner yang diberikan kepada siswa pada awal dan akhir periode intervensi, sedangkan data kualitatif dikumpulkan melalui observasi kelas dan wawancara. Metode analisisnya meliputi penghitungan perbedaan rata-rata tanggapan terhadap item kuesioner antara musim gugur dan musim semi untuk kelas intervensi dan kelas kontrol untuk menilai dampak praktik penilaian formatif. 

Findings :
Efek penilaian formatif terhadap keterampilan belajar mandiri (SRL) siswa menunjukkan dampak positif dari praktik penilaian formatif terhadap persepsi otonomi, efikasi diri, dan perilaku belajar mandiri siswa. Penerapan penilaian formatif menyebabkan peningkatan otonomi dalam pilihan pembelajaran, peningkatan efikasi diri dalam menangani tugas-tugas yang menantang, dan peningkatan inisiatif dan pengendalian diri siswa dalam proses penyelesaian tugas. Studi tersebut juga menyoroti aktivitas spesifik, seperti "Zona Pembelajaran", "Suara Batin", dan "Jubah Tak Terlihat", yang efektif dalam mendukung pengembangan keterampilan pengaturan diri siswa dalam matematika.
Lebih lanjut, penelitian ini menekankan pentingnya praktik penilaian formatif komprehensif yang melibatkan guru dan siswa sebagai agen proaktif. Hal ini juga menggarisbawahi perlunya penyelidikan lebih lanjut mengenai mekanisme dan persyaratan untuk mendukung guru dalam mengembangkan praktik serupa, serta potensi dampak ukuran kelas terhadap efektivitas penilaian formatif. Penggabungan penalaran metakognitif dan kesempatan bagi siswa untuk menyusun tugas tes, memilih lembar kerja, dan mengerjakan tes latihan semakin mendukung tujuan pembelajaran dan pengaturan diri mereka.

Novelty :
Kebaruan artikel ini terletak pada penyelidikan komprehensif terhadap penerapan penilaian formatif oleh guru matematika dan pengaruhnya terhadap pembelajaran mandiri (SRL) siswa. Studi ini memberikan bukti empiris tentang seperti apa penilaian formatif yang berdampak besar pada SRL siswa dan bagaimana kesesuaiannya dengan model pengembangan SRL. Selain itu, artikel ini menekankan pentingnya praktik penilaian formatif komprehensif yang melibatkan guru dan siswa sebagai agen proaktif, dan artikel ini menggarisbawahi perlunya penyelidikan lebih lanjut terhadap mekanisme dan persyaratan untuk mendukung guru dalam mengembangkan praktik serupa. Fokus pada implementasi praktis penilaian formatif dan dampaknya terhadap SRL siswa membedakan artikel ini dari penelitian lain di lapangan.




Sumber : Klik Disini

Esei Kecil : SCIENTIFIC REASONING ASSESSMENT

  SCIENTIFIC REASONING ASSESSMENT Konfografis Biru Ilustratif Gerhana Bulan Infografis Pendidikan oleh Jamiatul Ummah